about me

Kamis, 23 Desember 2010

MERENTAS JALAN PANJANG INDONESIA


“Kemerdekaan bukan tujuan ! tapi adalah permulaan menuju sebesar- besarnya kemakmuran rakyat” .
(Soekarno, dalam pidato sekembalinya ke Jakarta pasca pemindahan Ibukota ke Yogyakarta).

65 tahun bangsa Indonesia telah merasakan hawa kemerdekaan. Akan tetapi seakan hawa kemerdekaan tersebut tak berakibat banyak terhadap kondisi hidup dan kehidupan bangsa Indonesia. Secara substansil apa yang terjadi semasa penjajahan tidak benar-benar teratasi dan berubah menjadi something clearly. Pasalnya, kemiskinan belum benar-benar sirna dari bangsa ini. Orang tidak bisa makan setiap hari pun masih kerap dijumpai di republik ini. Belum lagi persoalan pendidikan yang hari demi hari makin memprihatinkan.
Sesungguhnya apa yang tengah terjadi pada bangsa Indonesia? Sehingga kemampuannya tak bisa menyebabkan kemakmuran bagi sebesar-besar rakyatnya.

Undermanagement
Fragmen “Selamatkan Indonesia” memberikan sinyalemen, bahwa sesungguhnya bangsa Indonesia merupakan bangsa dengan potensi sumber daya alam yang terbilang lengkap. Mulai dari emas, temabga, nikel, besi, bauksit, gas alam, panas bumi, batu bara, dll merupakan sumber daya alam yang terkandung di bumi Ibu pertiwi.
upaya minimum untuk dapat mensejahterakan rakyat pada taraf yang paling standar pun rasanya bangsa Indonesia masih menyisakan tantangan yang tidak mudah. Jika kemudian bangsa ini bangsa ini belum bisa menjadi bangsa yang maju, atau setidaknya dapat memakmurkan rakyatnya, maka terselubunglah pertanyaan besar akan sebab apa yang menjadi akar persoalan.
Indonesia bukan negara miskin (underdevelopment), hanya saja proses pengelolaan kekayaan alam dan sumber daya lain belum menemui pola yang sesuai. Artinya, ada strategi pengelolaan yang salah dalam hal ini. Secara sederhana, bangsa Indonesia bukan bangsa yang terbelakang, tetapi bangsa Indonesia hanya tidak bisa mengurus apa yang dimilikinya.

Ekonomi untuk siapa?
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dankesatuan ekonomi nasional.
(Pasal 33 ayat 4, UUD NRI 1945)

Perekonomian nasional Indonesia berdasarkan pasal 33 ayat 4 menggambarkan betapa idealnya titik pencapaian yang hendak dituju oleh bangsa Indonesia pasca lepas dari belenggu penjajahan. Bangsa Indonesia melalui UUD NRI 1945 telah bersepakat untuk membangun kondisi perekonomian yang penuh kebersamaan, “development for all”. Artinya, seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan kemanfaatan di bidang ekonomi dari kemerdekaan itu sendiri. Setidaknya, tiap-tiap warga negara mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan menabung untuk memenuhi kebutuhannya di masa datang.
Jauh panggang dari api, inilah ungkapan yang cocok bagi kondisi yang menggambarkan perekonomian nasional antara apa yang dituangkan dalam konstitusi dan apa yang menjadi kenyataan di masyarakat. Konstitusi mengamanatkan perekonomian dibangun berdasarakan demokrasi ekonomi dan asas kebersamaan, tetapi justru yang terjadi adalah yang bermodal kuat yang akan bisa memenuhi kebutuhannya, sedangkan bagi yang bermodal kecil atau bahkan tak bermodal akan terpinggirkan bahkan terbuang dari kancah perekonomian nasional.
Sesungguhnya dimana peran negara dalam mengatur kegiatan pereknomian bangsa sehingga kemakmuran menjadi miliki sebanyak-banyaknya masyarakat bangsa Indonesia. Kerena selama ini justru seakan negara membiarkan apa yang tengah terjadi di masyarakat sebagai bagian demokrasi ekonomi. Atas nama demokrasi ekonomi negara malah menghalalkan posisi seseorang dengan modal besar untuk terus dapat berpengaruh dan menguasai makin banyak kantong-kantong ekonomi negara. Sedangkan masyarakat kecil yang tidak berdaya begitu termarjinalkan seakan menjadi orang lain di tanahnyasendiri karena tidak dapat mengakses kantong-kantong ekonomi sebagaimana dimaksud.
Solusi utama untuk menjawab persoalan perekonomian antara lain adalah adopsi sistem ekonomi islam yang mengutamakan prinsip keadilan bagi dan bagi hasil bagi tiap-tiap pihak yang bertransaksi sistem ekonomi islam pun mengajarkan bagaimana pihak-pihak yang memang dalam kondisi kuat secara ekonomi membantu piahk-pihak lain denga predikat ekonomi lemah.
Sistem ekonomi islam secara substansil sesungguhnya telah diadopsi oleh bangsa Indonesia sebagaimana termaktub dalam pasal 33 ayat 4 UUD NRI 1945, hanya saja langkah implementasinya yang kurang terdengar gaungnya. pembenahan terhadap apa yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dengan langkah pemebenahan sistem, manakala pemerintah menginginkan adanya perubahan dan perbaikan di sektor perekonomian. Seperti apa pun bentuk sistem, tatkala aparatur pelaksananya bermental macam “Gayus” rasanya takkan pernah ada kemakmuran bagi masyarakat Indonesia secara ekonomi.

Persoalan Pendidikan
Menyoal permasalahan pendidikan di negeri Indonesia bagai mengulur benang kusut yang tak kunjung ditemukan ujungnya. Namun demikian apapun persoalannya yang terus menghadang, optimisme tetap harus menyertai perjalanan hidup dan kehidupan bangsa Indonesia.
Persoalan pendidikan sebagaimana diungkap dalam fragmen “selamatkan Indonesia” memerluakan langkah penyelesaian yang capat dan tepat dari pemerintah dan masyarkat itu sendiri. Singkatnya seluruh elemen bangsa ini mesti terlibat danmemainkan perannya sedemikian rupa. Tanpa dukungan dari segenap bangsa Indonesia, rasanya mustahil persoalan-utamanya persoalan pendidikan- dapat terselesaikan dengan baik.
Resep utama pembenahan masalah pendidikan di Indonesia pada pengembalian sistem pendidikan kepada kitohnya yang benar. Pendidikan bukan lagi dibentuk sebagai lembaga tradisi yang wajib dilalui oleh tiap pemuda Indonesia. Tetapi bagaimana kemudian pendidikan di Indonesia mesti dibentuk sebagai sarana pembentukkan karakter bangsa. Artinya, mereka yang duduk dibangku sekolah adalah mereka yang merasa perlu untuk pendidikan itu sendiri. Pendidikan memang amat penting bagi pembangunan manusia Indonesia, namun keinginan untuk menjadi yang terdidik merupakan modal utama dari pencapaian proses pendidikan itu sendiri. Sistem pendidikan yang baik belum akan menghasilkan manusia Indonesia yang terdidik dansiap untuk pembangunan sebelum manusia Indonesia itu sendiri merasa perlu untuk menjadi manusia yang terdidik dan siap untuk pembangunan.

Minggu, 18 April 2010

INDONESIA

MAHANUSA, MAHAWANGSA, MAHADAYA

Oleh : Shadu Satwika Wijaya 1


Indonesia. Begitulah orang menyebut nama suatu negara kepulauan di kawasan Asia Tenggara yang berada di antara samudera Pasifik di Timur, samudera Hindia di Barat dan Selatan dan Laut Cina Selatan di Utara serta berada pada garis katulistiwa. Disebut negara kepulauan, karena Negeri ini memiliki ribuan gugus pulau, sebagaimana dirilis oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS-RI) bahwa Indonesia memiliki sekitar 17.000 gugus pulau. Tiap gugus pulau memiliki ciri geografis dan khasanah kebudayaan yang identik di tiap gugus dan integral dengan gugus lain. Ciri geografis disebut identik di tiap gugus karena setiap pulau di Negeri ini memiliki keunikan tersendiri ada yang mendatar, berbukit dsb; di saat yang sama setiap gugus memiliki kesamaan secara integral dengan gugus pulau lainnya yaitu hutan hijau 2 yang terbentang pada seluruh pulau di Indonesia. Khasanah kebudayaan disebut identik di tiap gugus pulau karena setiap pulau di Indonesia memiliki bentukan budaya yang khas di tiap gugus pulau yang kemudian menjadi identitas pulau (daerah) tersebut; di samping itu, setiap gugus memiliki kesamaan akar nilai kebudayaan yang bersifat integratif karena berasal dari satu ras yaitu pada golongan Austronesia. Inilah Indonesia, sang Zambrud Katulistiwa 3

Jika kemudian Negara Ini tidak kunjung menjadi maju sebagaimana yang dicita-citakan, maka apa yang salah?.


1 Mahasiswa berkebangsaan Indonesia yang tengah menempuh studi di Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas Jenderal Soedirman (2010)

2 Hutan Hijau, disebut demikian kerena sebagian besar pepohonan memiliki warna hijau sehingga menyebabkan hutan yang nampak dari angkasa berwarna hijau

3 Zambrud Katulistiwa, julukan bagi Indonesia karena terletak di garis katulistiwa & mayoritas berhutan hijau

Indonesia Mahanusa

Indonesia dengan ribuan gugus pulaunya, pantaslah disebut sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia. Bagaimana tidak, hampir tiada Negara kepulauan yang memiliki besar dan luas Nusa layaknya Nusa Indonesia. Pemahaman Nusa Indonesia, berarti memahami bahwa Negeri Ini terdiri atas gugusan-gugusan pulau, antara penghubung 4 (lautan) dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Kekayaan alam yang terkandung di bumi Indonesia ini adalah seluruh material dan potensi yang terdapat di daratan Indonesia (gugusan pulau) dan di lautan (antara penghubung). Bayangkan, seberapa kaya dan potensial sesungguhnya Negeri Ini.

Pemahaman ini menjadi penting, karena ketika Negeri Ini ingin maju dan mencapai cita-cita luhurnya, maka memahami kekuatan diri untuk memahami kekuatan lawan adalah salah satu strategi penting dalam proses mencapai kemakmuran rakyat banyak, kemajuan bangsa pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta keselarasan dengan alam dan Sang Pencipta (Allah SWT; Tuhan YME). Memhami kekuatan diri di sini diartikan, sebagai kemampuan manusia Indonesia untuk memehami bahwa Negeri Ini terdiri atas ribuan gugus pulau, antara penghubung (lautan) yang luas pula dan lengkap dengan segala kandungan (potensi) kekayaan alam yang ada padanya. Inilah konsep Indonesia Mahanusa.


4 antara penghubung, diartikan sebagai lautan. Disebut demikian karena dalam konteks negara kepulauan lautan diartikan sebagai bukan sebagai pemisah antara daratan, melainkan justru sebagai penghubung antara pulau demi pulau (Achmad Soekarno, 1945)

Indonesia Mahawangsa

Pemaparan di atas 5 menggambarkan bahwa Indonesia tersusun dan terbentuk bukan hanya oleh gugusan pulau-pulau semata, melainkan juga kebudayaan masyarakat di tiap gugus pulau tersebut. Hal ini menunjukkan, bahwa negara Indonesia yang tersusun atas ribuan gugus pulau pun terbentuk atas susunan dan bentukan khasanah kebudayaan asli masing-masing daerah untuk kemudian bersatu dalam perjanjian luhur bangsa Indonesia.

Susunan dan bentukan khasanah kebudayaan asli masing-masing daerah di Negeri Ini seakan membentuk rasa takjub bagi orang yang kemudian mengetahuinya. Bagaimana tidak, Indonesia tersusun dari ratusan suku bangsa yang secara administrasi negara tersebar di 33 provinsi. Keseluruhan Suku Bangsa tersebut, tidak kemudian hanya hidup di masa lampau dan berasimilasi di masa kini, melainkan Suku-Suku Bangsa Ini memiliki bahasa yang beragam dan peradabannya sendiri (own civilaisation) serta terdapat pula akulturasi antar- kebudayaan. Hal yang menjadi penting adalah keragaman peradaban Suku Bangsa tersebut yang telah dibangun jauh sebelum Indonesia berdiri. Jika kita menyebut peradaban, maka akan dijumpai segala macam pola dan struktur hubungan sosial, nilai dan norma masyarakat, sistem ekonomi, politik, religi dan sistem-sistem lain yang mendukung kebudayaan itu terbentuk dan berproses. Peradaban-peradaban ini yang kemudian bersatu dalam sinergi 6 membentuk peradaban baru sebagai Bangsa Indonesia. Peradaban-peradaban ini bukan melebur dan menyatu, melainkan bersatu dalam sinergi dan tetap melanjutkan peradabannya dengan berbagai perubahan demi menuju cita-cita luhur Bangsa Indonesia. Inilah sebab, mengapa kemudian Indonesia disebut Mahawangsa.

5 Halaman 1

6 bersatu dalam sinergi, disebut demikian karena perssatuan yang dibentuk bangsa indonesia bukanlah persatuan yang meleburkan semua energi menjadi satu, melainkan persatuan yang menyinergikan energi-energi tersebut untuk mencapai tujuan bersama.

Indonesia Mahadaya

Berangkat dari kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan gugus pulau, yang selanjutnya disebut Mahanusa; dari keragaman khasanah kebudayaan Masyarakat Indonesia, yang selanjutnya disebut Mahawangsa, tibalah pada suatu pola pemikiran yaitu ketika suatu Negara tersusun dan terbentuk atas kekuatan secara geografis dan sosio-kultural, Negara tersebut dapat menjadi negara yang sangat kuat. Kekuatan secara geografis di sini diartikan sebagai kekuatan sumber daya alam yang dimiliki akibat besarnya Nusa Indonesia. Kekuatan secara sosio-kultural diartikan sebagai kekuatan sumber daya manusia dengan segala kebudayaan dan kompleksitas yang melekat pada dirinya. Ktika kelak kekuatan-kekuatan, energi-energi atau daya-daya ini dipergunakan dengan strategis demi mencapai cita-cita luhur Negara Ini, maka bukan tidak mungkin Indonesia mampu tampil menjadi negara yang digdaya dengan nilai kebudayaan yang tetap dipertahankan. Dengan kata lain, ketika seluruh kemampuan dari kebudayaan-kebudayaan Indonesia bersatu dalam sinergi mengupayakan pembangunan dengan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia, maka Negara ini pun kelak akan tampil sebagai Negeri Mahadaya.

Hal ini pun dapat dituangkan dalam bentuk skema, seperti berikut:

Skema 1 (Bukan Gambaran Indonesia/Pembanding)

bersatu dan meleburkan kekuatannya dalam satu kekuatan demi mencapai tujuan bersama

Suku A

Suku B

Suku C

Suku lainnya

Skema 2 (Gambaran Indonesia)

Suku A

Bersatu dalam sinergi membentuk kekuatan baru yang jauh lebih besar dan tetap mempertahankan kompleksitas kualifikatif kekuatan tersebut untuk mencapai tujuan bersama

Suku B

Suku C

Suku Lainnya

Kesadaran Menjadi Penting

Pada kenyataanya kendala utama yang dihadapi adalah kesadaran akan ketiga konsep tadi. Hal ini menjadi kendala, karena ketika kebanyakan masyrakat-terlebih birokrat- belum menyadari akan kekuatan yang dimiliki oleh Indonesia. Kesadaran akan kekuatan Indonesia yang sangat besar akan mampu mendorong tiap elemen berperan sesuai dengan status dan kemampuan masing-masing untuk senantiasa mengupayakan hidup dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Kesadaran akan kekuatan ini sebagaimana tergambar dalam skema 7 dimaksudkan agar selruh elemen menyadari perannya dalam kehidupan bersama, cotoh sederhananya : yang mampu menyapu, lakukanlah menyapu, yang mampu membangun ekonomi lakukanlah pembangunan dan yang mampu memimpin negara pimpinlah negra ini, kesemua kemampuan itu dilakukan dengan kemampuan mereka sebagaimana kemampuan yang dimiliki oleh setiap kebudayaan di Indonesia. Sehingga kekuatan-kekuatan, energi-energi atau daya-daya yang dimilki oleh setiap kebudayaan Indonesia dapat berkontribusi sesuai dengan kualifikasinya masing-masing dan bersinergi dengan kemampuan kebudayaan lain.

Pada akhirnya, kekuatan Masyarakat, Bangsa dan Negara Indonesia akan menjadi kekuatan yang sangat besar secara kuantitatif karena tersusun dari ribuan gugus pulau dengan kandungan kekayaan alam di dalamnya dan kompleks secara kualitattif karena terbentuk atas keragaman khasanah kebudayaan dengan kulifikasinya masing-masing pada setiap pokok persoalan. Singkatnya, dengan dua modal tersebut seharusnya (atas izin Allah SWT; Tuhan YME) tidak ada hal yang tidak mungkin dicapai oleh Indonesia, ketika Indonesia sadar akan kemampuannya, yakin sampai di sana 8 dan yakin atas Izin Allah SWT; Tuhan YME.


7 Skema 2 pada halaman 4

8 yakin sampai di sana, diartikan sebagai keyakinan pada pencapaian atas tujuan bersama yang hendak dicapai atau dicita-citakan bersama